Jumat, 20 Januari 2012

bimbingan kelompok terhadap komunikasi antar pribadi


PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KOMUNIKASI ANTARPRIBADI SISWA KELAS X SMK N 1 BREBES
A.    LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya. Dalam rangka mengetahui gejala di lingkungannya ini menuntut manusia untuk berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, seseorang akan terisolasi jika tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain. Akibat keterisolasian ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. Siswa merupakan bagian dari masyarakat dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan dimana siswa berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud adalah sekolah. Karena hampir sebagian waktu siswa, banyak digunakan untuk berinteraksi di sekolah. Tugas siswa di sekolah yaitu belajar, dengan belajar siswa akan memperoleh perubahan yang positif dan dapat berkembang secara optimal serta siap melaksanakan peranannya dimasa yang akan datang.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar individu mampu mandiri. Proses kemandirian individu tidak lepas dari adanya komunikasi dalam proses sosialisasi di lingkungan dimana individu tersebut berada. Komunikasi ini sangat berperan dalam pembentukan kepribadian individu. Dengan komunikasi individu dapat melangsungkan hidupnya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Di lingkungan sekolah siswa dituntut mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga sekolah yakni guru, staf tata usaha dan teman sebaya, maupun personil sekolah lainnya. Siswa yang memiliki perilaku komunikasi antarpribadi yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman dari guru dan sumber belajar di sekolah. Belajar bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar merupakan proses tak henti-hentinya dalam kehidupan individu. Siswa di Sekolah Menengah Atas memasuki tahap perkembangan remaja. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Remaja biasanya dikatakan bukan anak-anak dan juga belum dewasa tetapi masih dalam posisi ambang dewasa. Perubahan yang terjadi masa remaja akan mempengaruhi perilaku individu tergantung pada kemampuan atau kemauan individu pada masa remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain, sehingga ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti dijelaskan oleh Dunbar bahwa “Reaksi efektif , terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasoi. Komunikasi adalah cara untuk mengatasi kecemasaan yang selalu disertai tekanan” (Dunbar dalam Hurlock, 1998: 192).
Permasalahan yang diteliti apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok bagi komunikasi antar pribadi siswa untuk menjawab masalah dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Komunikasi Antarpribadi Siswa kelas X SMK N 1 Brebes”.
B.     IDENTIFIKASI MASALAH
Didalam proses belajar-mengajar peranan komunikasi antarpribadi sangat diperlukan. Dengan komunikasi siswa tidak akan merasa terisolasi, karena akibat keterisolasian ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.  Pada siswa SMA kelas X yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi akan mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Untuk itu peneliti membahas tentang bimbingan kelompok, komunikasi antarpribadi siswa dan apakah ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap komunikasi antar pribadi siswa?
C.    PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah perlu dilakukan oleh penulis agar tujuan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula yaitu hanya membahas tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap komunikasi antarpribadi siswa kelas X SMK Negeri 1 BREBES.
D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap komunikasi antar pribadi siswa kelas X  SMK Negeri 1 BREBES?
E.     DEFINISI OPERASIONAL
1.         Perilaku komunikasi antarpribadi
Perilaku komunikasi antarpribadi adalah bagaimana kita mampu merespon gejala yang timbul di lingkungan sosial dengan cara berkomunikasi dengan orang lain secara langsung dalam bertukar informasi kepada pribadi-pribadi yang berinteraksi sehingga dapat mengubah sikap, pendapat, dan perilaku orang yang melakukan komunikasi.
2.         Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada beberapa siswa dengan membahas topik-topik umum dimana dalam kelompok tersebut tercipta dinamika kelompok yang menggambarkan hidupnya suasana kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan layanan bimbingan kelompok ini terdiri dari empat tahap.
F.     TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat keefektifan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa kelas X.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat, antara lain:
1.      Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai peningkatan komunikasi antarpribadi siswa melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok.
2.      Secara praktis
a.       Siswa dapat berlatih meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadinya melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok.
b.      Dapat menambah pengetahuan guru pembimbing dalam melaksanakan bimbingan kelompok di sekolah terkait dengan peningkatkan komunikasi antarpribadi siswa.
G.    KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA
1.      KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
a.      Pengertian komunikasi
Manusia mempunyai naluri untuk berkelompok atau berkawan dengan manusia lain. Dalam kelompok tersebut manusia dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain agar tidak terisolasi dari pergaulan di lingkungannya. Disamping tidak terisolasi dari lingkungan, komunikasi merupakan salah satu cara manusia agar kebutuhannya terpenuhi, seperti kebutuhan untuk diterima, dihargai dan disayangi.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang artinya memberitahukan, berpartisipasi. Kata komunis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana, sehingga “comunis opinio” mempunyai arti pendapat umum atau pendapat mayoritas (Liliweri, 1991:3)
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Menurut Sugiyo, komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu sama lain yang demikian otomatis keadaannya, sehingga sering tidak disadari bahwa ketrampilan berkomunikasi merupakan hasil belajar (2005:1)
 Komunikasi mengandung pengertian bahwa antara komunikator dengan komunikan saling bertukar informasi, pengetahuan, berita, pesan, pengetahuan, nilai dan pikiran, maksudnya agar menggugah partisipasi yang kemudian informasi yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses interaksi kegiatan manusia yang terdiri dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi dan membertukar informasi, pengetahuan, pikiran agar dapat menggugah partisipasi satu sama lain, sehingga informasi yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama.
b.      Pengertian komunikasi antarpribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi (Allo Liliweri, 1991: 12).
Sedangkan Supratiknya berpendapat bahwa komunikasi antar pribadi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbalmaupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain (Supratiknya, 1995: 30).
De Vito mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang berlangsung (Sugiyo, 2005: 3)
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi di mana orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai objek yang disamakan dengan benda dan komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertemuan diantara pribadi-pribadi.  
c.       Ciri – ciri komunikasi
Ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut de Vito dalam Sugiyo (2005:4) :
1. Keterbukaan (Opennes)
Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan. Kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala sesuatu yang dikatakannya.
2. Positif (Positiveness)
Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
3. Kesamaan (Equality)    
Keefektifan komunikasi antarpribadi juga ditentukan oleh kesamaan-kesamaan yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya.
4. Empati (Empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.
5.      Dukungan (Supportiveness)
Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.
d.      Tujuan komunikasi antarpribadi
Tujuan pokok dalam berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi orang lain, dan menjadikan diri kita sebagai suatu agen yang dapat mempengaruhi, agen yang dapat menentukan atas lingkungan kita menjadi suatu yang kita maui (Sugiyo, 2005: 9).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah:
a.  Untuk memahami dan menemukan diri sendiri.
b.   Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain,
d. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain,
e.   Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar
d.   Mempengaruhi orang lain
e.   Mengubah pendapat orang lain
f.    Membantu orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain, membantu orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi ini kita dapat menjadikan diri sebagai suatu agen yang dapat mengubah diri dan lingkungan sesuai dengan yang kita kehendaki, selain itu komunikasi ini juga bertujuan sebagai suatu proses belajar menuju perubahan yang lebih baik.
e.       Pentingnya komunikasi antarpribadi
Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia, karena dengan komunikasi kebutuhan manusia akan terpenuhi. Menurut Johnson (1981) dalam (Supratiknya, 2003: 9) mengemukakan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita.
b. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain.
c. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain dan realitas yang sama.
d. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orangorang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita.
2.      BIMBINGAN KELOMPOK
a.      Pengertian Bimbingan kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika di dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan media efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif ketika mengadakan komunikasi antarpribadi dengan orang lain
Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Menurut Tatik Romlah (2001: 3) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencagah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Sedangkan menurut (Sukardi, 2003: 48) Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, dapat disimpulkan Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu melalui kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun rencana dan keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang efektif serta adanya perubahan sikap dalam hidupnya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
b.      Tujuan Bimbingan kelompok
Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh (Prayitno, 1995: 178) adalah:
a. Mampu berbicara di depan orang banyak
b. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan danlain sebagainya kepada orang banyak.
c. Belajar menghargai pendapat orang lain,
d. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.
e. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan
yang bersifat negatif).
f. Dapat bertenggang rasa
g. Menjadi akrab satu sama lainnya,
h. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003: 48).
Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang dimiliki.
c.       Asas-asas Bimbingan kelompok
1)      Asas kerahasiaan
Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain
2)      Asas keterbukaan
Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.
3)      Asas kesukarelaan
Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok.
4)      Asas kenormatifan
Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.
d.      Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap. Menurut (Prayitno, 1995: 44-60) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:
1) Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.
b) Tahap Peralihan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap melaksankan tahap bimbingan kelompok selanjutnya.
c) Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di sini prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang pada akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai tujuan yang diharapkan.
d) Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini merupakan tahap berhentinya kegiatan. Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
(1) Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok
(2)        Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok
(3)        Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota kelompok
(4) Pembahasan kegiatan lanjutan
(5) Penutup
e.      Langkah-langkah pelaksanaan bimbingan kelompok
a.  Masing-masing anggota kelompok  dalam bimbingan kelompok secara bebas dan sukarela berbicara, bertanya, mengeluarkan pendapat, ide, sikap, saran, serta perasaan yang dirasakannya pada
saat itu.
b.  Mendengarkan dengan baik bila anggota kelompok berbicara, yaitu setiap salah satu anggota kelompok menyampaikan tanggapan, maka anggota kelompok lainnya memperhatikannya, karena dengan memperhatikannya maka akan mudah untuk saling menanggapi pendapat lain, sehingga akan menumbuhkan dinamika kelompok di dalam kegiatan bimbingan kelompok tersebut.
c.  Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh kelompok dalam bimbingan kelompok, yaitu dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dibuat semacam kesepakatan antara pemimpin kelompok dengan para anggota kelompok, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh kedua belah pihak.
d.  Mengadakan evaluasi setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir.  Evaluasi dalam hal ini dilakukan pemimpin kelompok setiap berakhirnya pertemuan dan evaluasi secara keseluruhan setiap pertemuan kelompok.
f.       Teknik layanan bimbingan kelompok
Menurut Willis (2007:15) teknik bimbingan kelompok adalah (a) Teknik diskusi: diikuti oleh beberapa siswa satu kelas. Dipimpin oleh guru atau siswa yang cerdas. Pembicaraan berkisar persoalan bersama, seperti prestasi belajar, peningkatan kreativitas dalam seni, kerja sosisal dan lain-lain. (b) Dinamika kelompok: jumlah anggotanya paling banyak 8-10 orang. Proses diskusi berjalan dinamik, artinya setiap orang bebas mengemukakan pendapat atau mendiskusikan masalahnya. Anggota lain berupaya memberikan urun pendapat bagi pemecahan masalah. Pada umumnya dinamika kelompok mempunyai topik yang sama. (c) Ceramah: bimbingan kelompok yang menggunakan metode ceramah dapat dilakukan oleh konselor, guru-guru, pimpinan dan tokoh masyarakat. Tujuannya adalah agar dapat membantu anggota dapat mengubah perilakunya dalam memecahkan persolan hidup. Biasanya ceramah diikuti dengan diskusi agarpermasalan anggota lebih mendalam. (d) Program homeroom: suatu program kelompok yang direkayasa pemimpin kelompok agar tercipta suasana seperti dirumah yaitu bebas, terbuka, santai dan blak-blakkan. Dengan demikian para anggota dapat mengemukakan aspirasi dan kecemasannya secara bebas dan tanpa merasa takut dimarahi. (e) Sosiodrama: metode kelompok dengan menggunakan media drama sosial ataukehidupan nyata di masyarakat yang susuai dengan masalah yang di hadapi anggota. Dengan demikian mereka dapat belajar bagaimana akibat sesuatu perbuatan yang negatif atau bagaimana cara berbuat baik. (f) Psikodrama: suatu metode kelompok dengan menggunakan suatu media drama kejiwaan yang menyentuh sehingga dampak positif bagi perubahan perilaku anggota kelompok. Lamanya psikodrama lebih kurang 10 menit. (g) Karyawisata: metode kelompok ini amat bermakna bagi anggota yang mengalami stres karena kelamaan proses balajar atau bekerja. Dengan berwisata akan terjadi pelepasan energi lelah, cemas dan duka. Kemudian diantara mereka akan lebih akrab dan mengeluarkan segala isi hatinya dengan lawan bicara. Pembimbing biasa memanfaatkan  media ini untuk memperoleh informasi langsung mengenai kekurangan dan kelebihansiswa dan bagaimana cara mengatasi menurut versi para anggota kelompok. (h) Metode tugas: dengan memberi tugas bersama/berkelompok akan terjalin kerjasama, setia kawan, persahabatan dan juga pelepasan uneg-uneg yang kurang disenangi dengan cara bebas. Tugas tersebut berupa pekerjaan tangan, menggambar bersama, karangan, obsevasi, laporan dan sebagainya.
Sedangkan menurut pendapat Tohirin (2007:173) ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam layanan biambingan kelompok yaitu teknik umum dan permainan kelompok.
a.         Teknik umum
Dalam teknik ini dilakukan pengembangan dinamika kelompok, meliputi
1.        Komunikasi multi arah secara aktif, dinamis dan tebuka,
2.        Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi,
3.        Dorongan minimal untuk menetapkan respons dan aktivitas anggotakelompok,
4.        Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan,
5.        Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dihendaki.
b.        Permainan kelompok
Permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok baik dari selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Teknik pemainan dalam layanan bimbingankelompok harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1.   Sederhana,
2.    Menggembirakan,
3.   Menimbulkan suasana rilek dan tidak melelahkan,
4.   Meningkatkan keakraban,
5.   Diikuti oleh semua anggota kelompok.
Dari berbagai teknik tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua teknik bimbingan kelompok tesebut bisa diterpkan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok di sekolah menengah pertama. Dengan menggunakan teknik yanng bervariasi tersebut pelaksanaan layanan bimbingan kelompok tidak membosankan, sehingga siswa menjadi tertarik dan bersemangat untuk berperan serta dalam layanan bimbingan kelompok.
g.      Evaluasi kegiatan layanan  bimbingan kelompok
Penilaian atau evaluasi kegiatan layanan bimbingan kelompok diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang dirasakan oleh anggota berguna. Penilaian kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana  (Prayitno, 1995:   81).  Setiap pertemuan, pada akhir kegiatan pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk  mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, minat, dan sikapnya tentang sesuatu yang  telah dilakukan selama kegiatan kelompok (yang menyangkut isi maupun proses). Selain itu anggota kelompok juga diminta mengemukakan tentang hal-hal yang paling berharga dan sesuatu yang kurang  di senangi selama kegiatan berlangsung.  
Penilaian atau evaluasi dan hasil dari kegiatan layanan bimbingan kelompok ini bertitik tolak bukan pada kriteria “benar atau salah”,  tetapi berorientasi pada perkembangan, yakni mengenali kemajuan atau perkembangna positif yang terjadi pada diri anggota kelompok. 
Prayitno (1995:  81) mengemukakan bahwa penilaian terhadap layanan bimbingan kelompok lebih bersifat “dalam proses”, hal ini dapat dilakukan melalui:
a.  Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan
berlangsung.
b.  Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas 
c.  Mengungkapkan kegunaan layanan bagi anggota kelompok, dan
perolehan anggota sebagai hasil dari keikutsertaan mereka.
d. Mengungkapkan minat dan sikap anggota kelompok tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
e.  Mengungkapkan tentang kelancaran proses dan suasana
penyelenggaraan layanan.
B.  Keefektifan Layanan Bimbingan  Kelompok Dalam Meningkatkan keterampilan komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan proses kegiatan manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bertukar informasi, pengetahuan, pikiran, agar dapat menggugah partisipasi satu sama lain.  Ciri-ciri siswa yang memiliki perilaku komunikasi antar pribadi yang efektif adalah memiliki keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi, dapat berempati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif, memiliki rasa positif (positivenes), seseorangharus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif, merasa setara dengan orang lain  (Equality), yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Komunikasi antarpribadi merupakan hal penting dalam hidup siswa, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.  Lingkungan sekolah adalah tempat  yang paling banyak digunakan siswa berinteraksi, sehingga banyak pula komunikasi antarpribadi dilakukan siswa di sekolah.  Dengan komunikasi antarpribadi, siswa akan dengan mudah memperoleh pemahaman dari guru pada saat pembelajaran.  Melalui komunikasi antarpribadi pula siswa dapat mengembangkan pengetahuannya, yaitu belajar dari pengalamannya, maupun informasi yang mereka terima dari guru dan dari lingkungan sekitarnya.
Siswa dikatakan memiliki perilaku komunikasi antarpribadi yang efektif apabila ia mampu menanggapi informasi yang diterima dengan senang hati dalam menghadapi hubungan antar pribadi, dapat berempati, artinya mampumerasakan apa yang dirasakan orang lain, mendukung komunikasi berlangsung efektif, memiliki rasa positif, yaitu memandang diri dan orang lian secara positif serta menghargai  orang lain.  Siswa menganggap bahwa pertemuan komunikasi merupakan hal  yang menyenangkan bagi siswa, bila berkumpul dengan satu kelompok merasa setara, gembira dan terbuka. 
Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu yang mengalami masalah yang sama dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu interaksi masing-masing anggota yang menghidupkan proses kegiatan bimbingan kelompok.  Melalui dinamika kelompok tersebut diharapkan masing-masing anggota memperoleh informasi atau topik-topik yang dibahas bersama, serta pengetahuan dan pengalaman yang nantinya dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan tugas perkembangan yang seharusnya dilaksanakan.
Tujuan bimbingan kelompok diantaranya adalah setiap anggota kelompok mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya, mampu berbicara di depan orang banyak, belajar menghargai pendapat orang lain, menjadi akrab satu sama lainnya, mampu mengendalikan diri dan dapat bertenggang rasa.  Dengan mampu mengeluarkan pendapat, berbicara, menghargai orang lain dan bertenggang rasa, berarti siswa akan dapat dengan mudah bersosialisasi, mudah memperoleh pemahaman dalam pembelajaran di sekolah, dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya, maupun melalui informasi yang mereka terima dari lingkungannya. Secara otomatis siswa telah memiliki komunikasi antarpribadi yang baik.
Berdasarkan penelitian bimbingan kelompok dinyatakan efektif dalam meningkatkan keterbukaan diri  siswa.  Tumbuhnya keterbukaan diri merupakan dampak dari perilaku komunikasi antarpribadi yang efektif .  Komunikasi antar pribadi efektif jika pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi siswa.  Jika siswa berkumpul dalam satu kelompok, siswa merasa senang , gembira dan terbuka.  Untuk menunjukkan keefektifan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok pada siswa.
Dengan demikian layanan bimbingan kelompok dalam penelitian ini diperkirakan efektif dalam meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi siswa. Dari uraian di atas dapat di  simpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi siswa.  Kegiatan  bimbingan kelompok ini membahas topik-topik umum atau topik-topik remaja yang menunjang dalam  meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi siswa.
 

3.      KERANGKA BERPIKIR
Dalam penelitian variabel bebasnya adalah Bimbingan kelompok. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya bariabel dependen (terikat). Selain itu variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Sedangkan variabel tergantungnya adalah komunikasi antarpribadi siswa. Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel inilah yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas.
BIMBINGAN KELOMPOK
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
 



4.      HIPOTESIS
Sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan, peneliti mengajukan hipotesis kerja yaitu ”Pengaruh Bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antarpribadi siswa kelas X SMA Negeri 1 Brebes tahun pelajaran 2010/2011”.
H.    METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007;4) mengemukakan bahwa metode kualitatif digunakan sebagi prosedur penenlitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
1.      Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
                                Penelitian dengan judul pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap komunikasi antarpribadi siswa yang akan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Brebes kelas X tahun ajaran 2010/2011. Pemilihan klas X ini dengan alasan karena peserta didik baru yang masih memiliki rasa canggung untuk berkomunikasi antarpribadi. Dimana peneliti dapat bertemu langsung dengan para siswa dan memahami kebutuhan siswa sekarang ini. Oleh karena itu peneliti menjadikan sekolah SMK Negeri 1 Brebes sebagai objek tempat penelitian.
                 b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei dalam waktu yang berbeda pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Brebes Tahun pelajaran 2010/ 2011.
2.      Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130) menyatakan “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Sedangkan Sugiyono (2005: 55) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri I Brebes tahun pelajaran 2010/2011 .
b. Sampel Penelitian
Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Sedangkan Sugiyono mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (2009;118). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengukur tingkat perilaku komunikasi antarpribadi siswa dengan skala perilaku komunikasi antarpribadi. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah beberapa siswa dari kelas X SMK Negeri 1 Brebes, yaitu 12 siswa, dengan alasan bahwa kelas X tersebut merupakan siswa-siswa yang masih dalam masa-masa pengenalan sehingga siswa masih dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah. Oleh karena itu perilaku komunikasi antarpribadi siswa kelas tersebut masih kurang. Dengan demikian, kelas X dipandang paling cocok untuk dijadikan sampel penelitian dibanding kelas lainnya. Sedangkan 12 siswa yang dijadikan sampel karena bimbingan kelompok yang efektif adalah 10-15 orang, peneliti mengambil pertengahan dari rentangan tersebut.
c. Teknik sampling
Mempertimbangkan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Teknik ini dipandang lebih efektif dan efisien, dimana teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel dengan cara ini dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yaitu siswa yang mencerminkan perilaku komunikasi antarpribadi masih rendah dibanding siswa lain.
Dalam hal ini peneliti memberikan pre test kepada kelas X-AK1 dan X-AK2 yang diduga siswanya memiliki perilaku komunikasi antarpribadi yang masih rendah dibanding kelas yang lain. Dari hasil pre test tersebut diambil sampel 12 siswa yang memperoleh skor terendah.
3.      Instrumentasi
Didalam penelitian maka dapat mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
a.      Validitas
Validitas adalah alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Penelitian ini menggunakan validitas konstruk, yaitu konsep validitas yang berangkat dari konstruksi teoretik tentang variabel yang hendak diukur oleh jenis alat ukur. Konstruksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku komunikasi antarpribadi.
Pengukuran validitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

      

Keterangan:
rXY = Koefisien korelasi antara x dan y
ΣXY = Jumlah perkalian skor item X dengan Y
X = Jumlah skor item X
Y = Jumlah skor item Y
N = Jumlah responden
ΣX² = Jumlah kuadrat skor item X
ΣY² = Jumlah kuadrat skor item Y
Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar 5 %. Analisis butir dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal dalam instrumen dengan cara yaitu skor-skor yang ada dalam butir soal dikorelasikan dengan skor total, kemudian dibandingkan pada taraf signifikansi 5%.
b.      Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006: 178), reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik Untuk mengukur reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk skala psikologi yaitu skala perilaku komunikasi antarpribadi dengan skala bertingkat (rating scale). Adapun rumus Alpha tersebut adalah sebagai berikut:
r11 =  
Keterangan:
      r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
Σσ 2 = Jumlah varian butir
σ 2t = Varian total
4.      Rancangan Penelitian
Menurut Soegeng (2006: 161)bahwa, rancangan penelitian terkait erat dengan metode penelitian. Setiap metode penenlitian memiliki rancangannya sendiri. Rancangan eksperimental dapat diklasifikasi ke dalam 1) rancangan penenlitian pra-eksperimental dan 2) rancangan penelitian eksperimental sungguhan, termasuk rancangan penenlitian eksperimental semu.
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik statistik korelasional sederhana yaitu menghubungkan antara dua variabel (x dan y), sebagimana tampak dalam bagan berikut :
X
BIMBINGAN KELOMPOK
Y
KOM. ANTARPRIBADI
 



5.      Analisis Data
Analisis data dalam suatu penelitian ilmiah merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan adanya analisis data masalah dalam penelitian tersebut dapat diketahui jawabannya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik karena penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang datanya berupa data ordinal (berjenjang). Menurut Siegel (1997: 38) “tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya”. Sugiyono (2009: 211) menyatakan bawa “statistik non prametris digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal dan tidak dilandasi persyaratan data harus berdistribusi normal”.
6.      Hipotesis Statistik
Ho : Tidak ada pengaruh antara Bimbingan kelompok dengan komunikasi antarpribadi siswa kelas X SMK Negeri 1 Brebes.
Ha : Terdapat pengaruh antara bimbingan kelompok dengan komunikasi antarpribadi siswa kelas X SMK Negeri 1 Brebes.
DAFTAR PUSTAKA
Soegeng. 2006. Dasar-dasar Penelitian. Semarang: IKIP PGRI SEMARANG    PRESS
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penenlitian. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Prayitno dan Amti, Erman. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
            Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyo. 2005. “Komunikasi Antarpribadi”. Semarang: UNNES Press
Supratiknya. 1995. “Komunikasi antarpribadi Tinjauan Psikologis”. Yogyakarta:
            Kanisius.
Prayitno. 1995. “Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan
            Profil)” Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar