PENGARUH
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI SISWA KELAS X SMK N 1 BREBES
A.
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin
berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas
dari rasa
ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya. Dalam rangka mengetahui gejala di
lingkungannya ini menuntut manusia untuk berkomunikasi. Dalam hidup
bermasyarakat, seseorang akan terisolasi jika tidak pernah berkomunikasi dengan
orang lain. Akibat keterisolasian ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang
kompleks. Siswa merupakan bagian dari masyarakat dituntut dapat berkomunikasi
dengan orang lain di lingkungan dimana siswa berinteraksi. Lingkungan yang
dimaksud adalah sekolah. Karena hampir sebagian waktu siswa, banyak digunakan
untuk berinteraksi di sekolah. Tugas siswa di sekolah yaitu belajar, dengan
belajar siswa akan memperoleh perubahan yang positif dan dapat berkembang
secara optimal serta siap melaksanakan peranannya dimasa yang akan datang.
Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh guru
pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar
individu mampu mandiri. Proses kemandirian individu tidak lepas dari adanya
komunikasi dalam proses sosialisasi di lingkungan dimana individu
tersebut berada. Komunikasi ini sangat berperan dalam pembentukan kepribadian
individu. Dengan komunikasi individu dapat melangsungkan hidupnya
baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Di lingkungan
sekolah siswa dituntut mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga
sekolah yakni guru, staf tata usaha dan teman sebaya, maupun personil sekolah
lainnya. Siswa yang memiliki perilaku komunikasi antarpribadi yang baik akan
mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman dari guru
dan sumber belajar di sekolah. Belajar bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan lingkungan sekitar merupakan proses tak henti-hentinya dalam
kehidupan individu. Siswa di Sekolah Menengah Atas memasuki
tahap perkembangan remaja. Remaja adalah masa peralihan dari masa
kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan menuju masa pembentukan
tanggung jawab. Remaja biasanya dikatakan bukan anak-anak dan juga
belum dewasa tetapi masih dalam posisi ambang dewasa. Perubahan
yang terjadi masa remaja akan mempengaruhi perilaku individu
tergantung pada kemampuan atau kemauan individu pada masa remaja untuk
mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain,
sehingga ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti dijelaskan
oleh Dunbar bahwa “Reaksi efektif , terhadap perubahan terutama
ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasoi. Komunikasi adalah cara
untuk mengatasi kecemasaan yang selalu disertai tekanan” (Dunbar
dalam Hurlock, 1998: 192).
Permasalahan yang diteliti apakah
ada pengaruh layanan bimbingan kelompok bagi komunikasi antar pribadi siswa
untuk menjawab masalah dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Layanan
Bimbingan Kelompok terhadap Komunikasi Antarpribadi Siswa kelas X SMK N 1
Brebes”.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Didalam proses
belajar-mengajar peranan komunikasi
antarpribadi sangat diperlukan. Dengan komunikasi siswa tidak akan merasa terisolasi,
karena akibat
keterisolasian ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. Pada
siswa SMA kelas X yang mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi akan mengalami kesulitan dalam menerima dan
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Untuk itu peneliti
membahas tentang bimbingan kelompok, komunikasi antarpribadi siswa dan apakah
ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap komunikasi antar pribadi siswa?
C.
PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah perlu dilakukan oleh penulis agar
tujuan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula yaitu hanya membahas
tentang pengaruh
layanan bimbingan kelompok terhadap komunikasi
antarpribadi siswa kelas X SMK Negeri 1 BREBES.
D.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan
yang muncul dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh layanan bimbingan
kelompok terhadap komunikasi
antar pribadi siswa kelas X SMK Negeri 1 BREBES?
E.
DEFINISI OPERASIONAL
1.
Perilaku
komunikasi antarpribadi
Perilaku komunikasi
antarpribadi adalah bagaimana kita mampu merespon gejala yang timbul di
lingkungan sosial dengan cara berkomunikasi dengan orang lain secara langsung
dalam bertukar informasi kepada pribadi-pribadi yang berinteraksi sehingga
dapat mengubah sikap, pendapat, dan perilaku orang yang melakukan komunikasi.
2.
Bimbingan
Kelompok
Layanan bimbingan
kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada beberapa siswa dengan membahas
topik-topik umum dimana dalam kelompok tersebut tercipta dinamika kelompok yang
menggambarkan hidupnya suasana kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan
layanan bimbingan kelompok ini terdiri dari empat tahap.
F.
TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
untuk mengetahui tingkat keefektifan
layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa
kelas X.
Hasil penelitian
ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat, antara lain:
1. Secara
teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang bimbingan dan
konseling, khususnya mengenai peningkatan komunikasi antarpribadi siswa melalui
kegiatan layanan bimbingan kelompok.
2. Secara
praktis
a. Siswa
dapat berlatih meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadinya melalui
kegiatan layanan bimbingan kelompok.
b. Dapat
menambah pengetahuan guru pembimbing dalam melaksanakan bimbingan kelompok di
sekolah terkait dengan peningkatkan komunikasi antarpribadi siswa.
G.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA
1. KOMUNIKASI
ANTARPRIBADI
a.
Pengertian
komunikasi
Manusia mempunyai naluri untuk
berkelompok atau berkawan dengan manusia lain. Dalam kelompok tersebut manusia
dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain agar tidak terisolasi dari
pergaulan di lingkungannya. Disamping tidak terisolasi dari lingkungan,
komunikasi merupakan salah satu cara manusia agar kebutuhannya terpenuhi,
seperti kebutuhan untuk diterima, dihargai dan disayangi.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang artinya
memberitahukan, berpartisipasi. Kata komunis berarti milik bersama atau berlaku
dimana-mana, sehingga “comunis opinio” mempunyai arti pendapat umum atau
pendapat mayoritas (Liliweri, 1991:3)
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam
diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.
Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah
suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan.
Menurut Sugiyo, komunikasi merupakan
kegiatan manusia menjalin hubungan satu sama lain yang demikian otomatis
keadaannya, sehingga sering tidak disadari bahwa ketrampilan berkomunikasi merupakan
hasil belajar (2005:1)
Komunikasi mengandung pengertian bahwa antara
komunikator dengan komunikan saling bertukar informasi, pengetahuan, berita,
pesan, pengetahuan, nilai dan pikiran, maksudnya agar menggugah partisipasi yang
kemudian informasi yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama.
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses interaksi kegiatan manusia yang
terdiri dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi dan membertukar informasi,
pengetahuan, pikiran agar dapat menggugah partisipasi satu sama lain, sehingga
informasi yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama.
b.
Pengertian
komunikasi antarpribadi
Komunikasi antar
pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di
dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap
muka antara beberapa pribadi (Allo Liliweri, 1991: 12).
Sedangkan Supratiknya
berpendapat bahwa komunikasi antar pribadi adalah setiap bentuk tingkah laku
seseorang baik verbalmaupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain
(Supratiknya, 1995: 30).
De Vito mengemukakan
bahwa komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang
dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan
balik yang berlangsung (Sugiyo, 2005: 3)
Berdasarkan pendapat
di atas maka dapat dikemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
di mana orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menganggap orang lain
sebagai pribadi dan bukan sebagai objek yang disamakan dengan benda dan
komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertemuan diantara
pribadi-pribadi.
c. Ciri – ciri komunikasi
Ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut de
Vito dalam Sugiyo (2005:4) :
1.
Keterbukaan (Opennes)
Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam komunikasi
antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi
dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada
masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan,
atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan. Kedua, dari
keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap
orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala sesuatu yang
dikatakannya.
2. Positif (Positiveness)
Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
3. Kesamaan
(Equality)
Keefektifan komunikasi antarpribadi juga ditentukan oleh kesamaan-kesamaan
yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan,
pengalaman, dan sebagainya.
4. Empati (Empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi
atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun
intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.
5.
Dukungan (Supportiveness)
Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku
supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan
terhadap pesan yang disampaikan.
d. Tujuan komunikasi antarpribadi
Tujuan pokok dalam berkomunikasi adalah
untuk mempengaruhi orang lain, dan menjadikan diri kita sebagai suatu agen yang
dapat mempengaruhi, agen yang dapat menentukan atas lingkungan kita menjadi suatu
yang kita maui (Sugiyo, 2005: 9).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dirumuskan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah:
a. Untuk memahami dan
menemukan diri sendiri.
b. Menemukan dunia luar
sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
c.
Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain,
d.
Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan perilaku
sendiri dan orang lain,
e. Komunikasi
antarpribadi merupakan proses belajar
d. Mempengaruhi
orang lain
e.
Mengubah
pendapat orang lain
f.
Membantu
orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan
komunikasi antarpribadi adalah untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain,
membantu orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi ini kita dapat menjadikan
diri sebagai suatu agen yang dapat mengubah diri dan lingkungan sesuai dengan
yang kita kehendaki, selain itu komunikasi ini juga bertujuan sebagai suatu proses
belajar menuju perubahan yang lebih baik.
e.
Pentingnya
komunikasi antarpribadi
Berkomunikasi merupakan keharusan bagi
manusia, karena dengan komunikasi kebutuhan manusia akan terpenuhi. Menurut
Johnson (1981) dalam (Supratiknya, 2003: 9) mengemukakan beberapa peranan yang disumbangkan
oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup
manusia, adalah sebagai berikut:
a.
Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita.
b.
Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang
lain.
c.
Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran
kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita
perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain dan
realitas yang sama.
d.
Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi
atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orangorang yang merupakan
tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita.
2. BIMBINGAN
KELOMPOK
a.
Pengertian
Bimbingan kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok akan
terlihat hidup jika di dalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan
media efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif
ketika mengadakan komunikasi antarpribadi dengan orang lain
Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa
Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan
kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi
saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat
untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Menurut Tatik Romlah (2001: 3)
mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan
yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara
optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya
dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencagah
timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Sedangkan menurut (Sukardi, 2003: 48)
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara
bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru
pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu
maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Dari beberapa pengertian bimbingan
kelompok di atas, dapat disimpulkan Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu
upaya pemberian bantuan kepada individu melalui kelompok dengan menggunakan
dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun
rencana dan keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya sendiri, orang
lain dan lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang efektif serta
adanya perubahan sikap dalam hidupnya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
b.
Tujuan
Bimbingan kelompok
Tujuan bimbingan kelompok seperti yang
dikemukakan oleh (Prayitno, 1995: 178) adalah:
a. Mampu berbicara di
depan orang banyak
b.
Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan danlain sebagainya
kepada orang banyak.
c. Belajar menghargai
pendapat orang lain,
d. Bertanggung jawab
atas pendapat yang dikemukakannya.
e.
Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan
yang
bersifat negatif).
f.
Dapat bertenggang rasa
g.
Menjadi akrab satu sama lainnya,
h.
Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan
bersama
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan
untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari
nara sumber (terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan
sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat. (Sukardi, 2003: 48).
Layanan bimbingan kelompok merupakan
media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi
menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta
aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan
potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang
dimiliki.
c.
Asas-asas
Bimbingan kelompok
1) Asas
kerahasiaan
Para
anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam
kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain
2) Asas
keterbukaan
Para
anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja
yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.
3) Asas
kesukarelaan
Semua
anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh
teman lain atu pemimpin kelompok.
4) Asas
kenormatifan
Semua
yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan
kebiasaan yang berlaku.
d. Tahap-tahap
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok berlangsung melalui
empat tahap. Menurut (Prayitno, 1995: 44-60) tahap-tahap bimbingan kelompok adalah
sebagai berikut:
1)
Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan,
tahap pelibatan diri atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan suatu kelompok.
Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin
kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok.
Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan permainan untuk mengakrabkan
masing-masing anggota sehingga menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh
empati.
b) Tahap Peralihan
Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap
kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan
oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin kelompok menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian
menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok mampu menerima
suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Tahap kedua merupakan “jembatan”
antara tahap pertama dan ketiga. Dalam hal ini pemimpin kelompok membawa para anggota
meniti jembatan tersebut dengan selamat. Bila perlu, beberapa hal pokok yang
telah diuraikan pada tahap pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan
kelompok ditegaskan dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah
siap melaksankan tahap bimbingan kelompok selanjutnya.
c) Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan kehidupan yang
sebenarnya dari kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini
amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua tahap sebelumnya
berhasil dengan baik, maka tahap ketiga itu akan berhasil dengan lancar.
Pemimpin kelompok dapat lebih santai dan membiarkan para anggota sendiri yang
melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di sini
prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Tahap kegiatan ini
merupakan tahap inti dimana masing-masing anggota kelompok saling berinteraksi
memberikan tanggapan dan lain sebagainya yang menunjukkan hidupnya kegiatan
bimbingan kelompok yang pada akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai
tujuan yang diharapkan.
d) Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini merupakan tahap
berhentinya kegiatan. Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok
apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta berapa kali
kelompok itu bertemu. Dengan kata lain kelompok yang menetapkan sendiri kapan
kelompok itu akan melakukan kegiatan. Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang
perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
(1) Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh
pemimpin kelompok
(2) Pengungkapan
kesan-kesan dari anggota kelompok
(3) Penyampaian
tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota kelompok
(4)
Pembahasan kegiatan lanjutan
(5)
Penutup
e. Langkah-langkah
pelaksanaan bimbingan kelompok
a.
Masing-masing anggota kelompok
dalam bimbingan kelompok secara bebas dan sukarela berbicara, bertanya,
mengeluarkan pendapat, ide, sikap, saran, serta perasaan yang dirasakannya pada
saat itu.
b.
Mendengarkan dengan baik bila anggota kelompok berbicara, yaitu setiap
salah satu anggota kelompok menyampaikan tanggapan, maka anggota kelompok
lainnya memperhatikannya, karena dengan memperhatikannya maka akan mudah untuk
saling menanggapi pendapat lain, sehingga akan menumbuhkan dinamika kelompok di
dalam kegiatan bimbingan kelompok tersebut.
c. Mengikuti
aturan yang ditetapkan oleh kelompok dalam bimbingan kelompok, yaitu dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok dibuat semacam kesepakatan antara pemimpin
kelompok dengan para anggota kelompok, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh kedua belah pihak.
d. Mengadakan
evaluasi setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir. Evaluasi dalam hal ini dilakukan pemimpin
kelompok setiap berakhirnya pertemuan dan evaluasi secara keseluruhan setiap
pertemuan kelompok.
f.
Teknik
layanan bimbingan kelompok
Menurut
Willis (2007:15) teknik bimbingan kelompok adalah (a) Teknik diskusi: diikuti
oleh beberapa siswa satu kelas. Dipimpin oleh guru atau siswa yang cerdas.
Pembicaraan berkisar persoalan bersama, seperti prestasi belajar, peningkatan
kreativitas dalam seni, kerja sosisal dan lain-lain. (b) Dinamika kelompok:
jumlah anggotanya paling banyak 8-10 orang. Proses diskusi berjalan dinamik,
artinya setiap orang bebas mengemukakan pendapat atau mendiskusikan masalahnya.
Anggota lain berupaya memberikan urun pendapat bagi pemecahan masalah. Pada
umumnya dinamika kelompok mempunyai topik yang sama. (c) Ceramah: bimbingan
kelompok yang menggunakan metode ceramah dapat dilakukan oleh konselor,
guru-guru, pimpinan dan tokoh masyarakat. Tujuannya adalah agar dapat membantu
anggota dapat mengubah perilakunya dalam memecahkan persolan hidup. Biasanya
ceramah diikuti dengan diskusi agarpermasalan anggota lebih mendalam. (d)
Program homeroom: suatu program kelompok yang direkayasa pemimpin kelompok agar
tercipta suasana seperti dirumah yaitu bebas, terbuka, santai dan blak-blakkan.
Dengan demikian para anggota dapat mengemukakan aspirasi dan kecemasannya
secara bebas dan tanpa merasa takut dimarahi. (e) Sosiodrama: metode kelompok
dengan menggunakan media drama sosial ataukehidupan nyata di masyarakat yang
susuai dengan masalah yang di hadapi anggota. Dengan demikian mereka dapat
belajar bagaimana akibat sesuatu perbuatan yang negatif atau bagaimana cara
berbuat baik. (f) Psikodrama: suatu metode kelompok dengan menggunakan suatu
media drama kejiwaan yang menyentuh sehingga dampak positif bagi perubahan
perilaku anggota kelompok. Lamanya psikodrama lebih kurang 10 menit. (g)
Karyawisata: metode kelompok ini amat bermakna bagi anggota yang mengalami
stres karena kelamaan proses balajar atau bekerja. Dengan berwisata akan
terjadi pelepasan energi lelah, cemas dan duka. Kemudian diantara mereka akan
lebih akrab dan mengeluarkan segala isi hatinya dengan lawan bicara. Pembimbing
biasa memanfaatkan media ini untuk
memperoleh informasi langsung mengenai kekurangan dan kelebihansiswa dan
bagaimana cara mengatasi menurut versi para anggota kelompok. (h) Metode tugas:
dengan memberi tugas bersama/berkelompok akan terjalin kerjasama, setia kawan,
persahabatan dan juga pelepasan uneg-uneg yang kurang disenangi dengan cara
bebas. Tugas tersebut berupa pekerjaan tangan, menggambar bersama, karangan,
obsevasi, laporan dan sebagainya.
Sedangkan
menurut pendapat Tohirin (2007:173) ada beberapa teknik yang bisa diterapkan
dalam layanan biambingan kelompok yaitu teknik umum dan permainan kelompok.
a.
Teknik umum
Dalam
teknik ini dilakukan pengembangan dinamika kelompok, meliputi
1.
Komunikasi multi arah secara aktif,
dinamis dan tebuka,
2.
Pemberian rangsangan untuk menimbulkan
inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi,
3.
Dorongan minimal untuk menetapkan
respons dan aktivitas anggotakelompok,
4.
Penjelasan, pendalaman, dan pemberian
contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan,
5.
Pelatihan untuk membentuk pola tingkah
laku baru yang dihendaki.
b.
Permainan kelompok
Permainan
dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok baik
dari selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau materi
layanan tertentu. Teknik pemainan dalam layanan bimbingankelompok harus
memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Sederhana,
2.
Menggembirakan,
3.
Menimbulkan suasana rilek dan tidak
melelahkan,
4.
Meningkatkan keakraban,
5.
Diikuti oleh semua anggota kelompok.
Dari
berbagai teknik tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua teknik bimbingan
kelompok tesebut bisa diterpkan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok di sekolah
menengah pertama. Dengan menggunakan teknik yanng bervariasi tersebut
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok tidak membosankan, sehingga siswa
menjadi tertarik dan bersemangat untuk berperan serta dalam layanan bimbingan
kelompok.
g.
Evaluasi kegiatan layanan
bimbingan kelompok
Penilaian atau evaluasi kegiatan layanan bimbingan
kelompok diorientasikan kepada perkembangan pribadi siswa dan hal-hal yang
dirasakan oleh anggota berguna.
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok dapat dilakukan
secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian
sederhana (Prayitno, 1995: 81).
Setiap pertemuan, pada akhir kegiatan pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk
mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, minat, dan sikapnya tentang
sesuatu yang telah dilakukan selama
kegiatan kelompok (yang menyangkut isi maupun proses). Selain itu anggota
kelompok juga diminta mengemukakan tentang hal-hal yang paling berharga dan
sesuatu yang kurang di senangi selama
kegiatan berlangsung.
Penilaian atau evaluasi dan hasil dari kegiatan layanan
bimbingan kelompok ini bertitik tolak bukan pada kriteria “benar atau salah”, tetapi
berorientasi pada perkembangan, yakni mengenali kemajuan atau perkembangna
positif yang terjadi pada diri anggota kelompok.
Prayitno (1995: 81) mengemukakan bahwa penilaian terhadap
layanan bimbingan kelompok lebih bersifat “dalam proses”, hal ini dapat
dilakukan melalui:
a. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta
selama kegiatan
berlangsung.
b. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi
yang dibahas
c. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi anggota
kelompok, dan
perolehan anggota sebagai hasil dari keikutsertaan
mereka.
d. Mengungkapkan
minat dan sikap anggota kelompok tentang kemungkinan kegiatan lanjutan.
e. Mengungkapkan tentang kelancaran proses dan
suasana
penyelenggaraan layanan.
B. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan keterampilan
komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan proses kegiatan
manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bertukar informasi,
pengetahuan, pikiran, agar dapat menggugah partisipasi satu sama lain. Ciri-ciri siswa yang memiliki perilaku
komunikasi antar pribadi yang efektif adalah memiliki keterbukaan (Openess),
yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam
menghadapi hubungan antar pribadi, dapat berempati (Empathy), yaitu merasakan apa
yang dirasakan orang lain, dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang
terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif, memiliki rasa positif
(positivenes), seseorangharus memiliki perasaan positif terhadap dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi
komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif, merasa setara dengan orang
lain (Equality), yaitu pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan.
Komunikasi antarpribadi merupakan hal penting dalam
hidup siswa, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat. Lingkungan sekolah adalah
tempat yang paling banyak digunakan
siswa berinteraksi, sehingga banyak pula komunikasi antarpribadi dilakukan
siswa di sekolah. Dengan komunikasi
antarpribadi, siswa akan dengan mudah memperoleh pemahaman dari guru pada saat
pembelajaran. Melalui komunikasi
antarpribadi pula siswa dapat mengembangkan pengetahuannya, yaitu belajar dari
pengalamannya, maupun informasi yang mereka terima dari guru dan dari
lingkungan sekitarnya.
Siswa dikatakan memiliki perilaku komunikasi
antarpribadi yang efektif apabila ia mampu menanggapi informasi yang diterima
dengan senang hati dalam menghadapi hubungan antar pribadi, dapat berempati,
artinya mampumerasakan apa yang dirasakan orang lain, mendukung komunikasi
berlangsung efektif, memiliki rasa positif, yaitu memandang diri dan orang lian
secara positif serta menghargai orang
lain. Siswa menganggap bahwa pertemuan
komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi siswa, bila berkumpul dengan satu kelompok merasa setara,
gembira dan terbuka.
Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan
kepada sekelompok individu yang mengalami masalah yang sama dengan memanfaatkan
dinamika kelompok yaitu interaksi masing-masing anggota yang menghidupkan
proses kegiatan bimbingan kelompok.
Melalui dinamika kelompok tersebut diharapkan masing-masing anggota
memperoleh informasi atau topik-topik yang dibahas bersama, serta pengetahuan
dan pengalaman yang nantinya dapat dikembangkan secara optimal sesuai dengan
tugas perkembangan yang seharusnya dilaksanakan.
Tujuan bimbingan kelompok diantaranya adalah setiap
anggota kelompok mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan
lain sebagainya, mampu berbicara di depan orang banyak, belajar menghargai
pendapat orang lain, menjadi akrab satu sama lainnya, mampu mengendalikan diri
dan dapat bertenggang rasa. Dengan mampu
mengeluarkan pendapat, berbicara, menghargai orang lain dan bertenggang rasa,
berarti siswa akan dapat dengan mudah bersosialisasi, mudah memperoleh
pemahaman dalam pembelajaran di sekolah, dapat mengembangkan pengetahuannya,
yakni belajar dari pengalamannya, maupun melalui informasi yang mereka terima
dari lingkungannya. Secara otomatis siswa telah memiliki komunikasi
antarpribadi yang baik.
Berdasarkan penelitian bimbingan kelompok dinyatakan
efektif dalam meningkatkan keterbukaan diri
siswa. Tumbuhnya keterbukaan diri
merupakan dampak dari perilaku komunikasi antarpribadi yang efektif . Komunikasi antar pribadi efektif jika pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi siswa. Jika siswa berkumpul dalam satu kelompok, siswa
merasa senang , gembira dan terbuka. Untuk menunjukkan keefektifan tersebut
dilaksanakan melalui kegiatan layanan bimbingan kelompok pada siswa.
Dengan demikian layanan bimbingan kelompok dalam
penelitian ini diperkirakan efektif dalam meningkatkan perilaku komunikasi
antarpribadi siswa. Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok
dapat meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi siswa. Kegiatan
bimbingan kelompok ini membahas topik-topik umum atau topik-topik remaja
yang menunjang dalam meningkatkan
perilaku komunikasi antarpribadi siswa.
3. KERANGKA
BERPIKIR
Dalam
penelitian variabel bebasnya adalah Bimbingan kelompok. Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya bariabel dependen (terikat). Selain itu variabel bebas merupakan
variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Sedangkan
variabel tergantungnya adalah komunikasi antarpribadi siswa. Merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel inilah yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel
bebas.
BIMBINGAN KELOMPOK
|
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
|
4. HIPOTESIS
Sesuai dengan
landasan teori yang telah dikemukakan, peneliti mengajukan hipotesis kerja yaitu ”Pengaruh Bimbingan kelompok dalam
meningkatkan komunikasi antarpribadi siswa kelas X SMA Negeri 1 Brebes tahun pelajaran
2010/2011”.
H.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007;4) mengemukakan bahwa metode kualitatif
digunakan sebagi prosedur penenlitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
1.
Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat
Penelitian
Penelitian
dengan judul pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap komunikasi antarpribadi siswa yang akan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Brebes kelas X tahun ajaran 2010/2011.
Pemilihan klas X ini dengan alasan karena peserta didik baru yang masih memiliki rasa canggung untuk berkomunikasi
antarpribadi. Dimana peneliti dapat
bertemu langsung dengan para siswa dan memahami kebutuhan siswa sekarang ini.
Oleh karena itu peneliti menjadikan sekolah SMK Negeri 1 Brebes sebagai objek tempat
penelitian.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan
pada bulan Mei
dalam waktu yang berbeda pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Brebes Tahun pelajaran 2010/ 2011.
2.
Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
a. Populasi
Menurut
Arikunto (2006: 130) menyatakan “populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”.
Sedangkan
Sugiyono (2005: 55) mendefinisikan populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang
sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri I Brebes
tahun pelajaran 2010/2011 .
b. Sampel Penelitian
Arikunto
(2006: 131) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”.
Sedangkan
Sugiyono mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (2009;118). Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara mengukur tingkat perilaku komunikasi antarpribadi
siswa dengan skala perilaku komunikasi antarpribadi. Yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah beberapa siswa dari kelas X SMK Negeri 1 Brebes, yaitu 12
siswa, dengan alasan bahwa kelas X tersebut merupakan siswa-siswa yang masih
dalam masa-masa pengenalan sehingga siswa masih dalam proses penyesuaian diri
dengan lingkungan sekolah. Oleh karena itu perilaku komunikasi antarpribadi
siswa kelas tersebut masih kurang. Dengan demikian, kelas X dipandang paling
cocok untuk dijadikan sampel penelitian dibanding kelas lainnya. Sedangkan 12
siswa yang dijadikan sampel karena bimbingan kelompok yang efektif adalah 10-15
orang, peneliti mengambil pertengahan dari rentangan tersebut.
c. Teknik sampling
Mempertimbangkan
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah purposive sampling.
Teknik ini
dipandang lebih efektif dan efisien, dimana teknik ini merupakan teknik
pengambilan sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan
sampel dengan cara ini dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, yaitu siswa
yang mencerminkan perilaku komunikasi antarpribadi masih rendah dibanding siswa
lain.
Dalam hal ini
peneliti memberikan pre test kepada kelas X-AK1 dan X-AK2 yang diduga
siswanya memiliki perilaku komunikasi antarpribadi yang masih rendah dibanding
kelas yang lain. Dari hasil pre test tersebut diambil sampel 12 siswa
yang memperoleh skor terendah.
3.
Instrumentasi
Didalam penelitian maka dapat mempunyai kedudukan yang paling tinggi,
karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi
sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat
menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data,
tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik
harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
a. Validitas
Validitas
adalah alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keahihan suatu
instrumen (Arikunto, 2006: 168). Penelitian ini menggunakan validitas konstruk,
yaitu konsep validitas yang berangkat dari konstruksi teoretik tentang variabel
yang hendak diukur oleh jenis alat ukur. Konstruksi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perilaku komunikasi antarpribadi.
Pengukuran
validitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus korelasi product
moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
rXY = Koefisien korelasi antara x dan y
ΣXY = Jumlah perkalian skor item X dengan Y
X = Jumlah skor item X
Y = Jumlah skor item Y
N = Jumlah responden
ΣX² = Jumlah kuadrat skor item X
ΣY² = Jumlah kuadrat skor item Y
Dalam
penelitian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar 5 %. Analisis butir
dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal dalam instrumen
dengan cara yaitu skor-skor yang ada dalam butir soal dikorelasikan dengan skor
total, kemudian dibandingkan pada taraf signifikansi 5%.
b.
Reliabilitas
Menurut
Arikunto (2006: 178), reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya
sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik Untuk mengukur
reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha karena
instrumen dalam penelitian ini berbentuk skala psikologi yaitu skala perilaku
komunikasi antarpribadi dengan skala bertingkat (rating scale). Adapun
rumus Alpha tersebut adalah sebagai berikut:
r11 =
Keterangan:
r11 = Reliabilitas
instrumen
k = Banyaknya butir
pertanyaan
Σσ 2 = Jumlah varian butir
σ 2t = Varian total
4.
Rancangan Penelitian
Menurut Soegeng (2006: 161)bahwa, rancangan penelitian terkait erat dengan
metode penelitian. Setiap metode penenlitian memiliki rancangannya sendiri.
Rancangan eksperimental dapat diklasifikasi ke dalam 1) rancangan penenlitian
pra-eksperimental dan 2) rancangan penelitian eksperimental sungguhan, termasuk
rancangan penenlitian eksperimental semu.
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik statistik korelasional sederhana
yaitu menghubungkan antara dua variabel (x dan y), sebagimana tampak dalam
bagan berikut :
X
BIMBINGAN KELOMPOK
|
Y
KOM. ANTARPRIBADI
|
5.
Analisis Data
Analisis data
dalam suatu penelitian ilmiah merupakan bagian yang sangat penting, karena
dengan adanya analisis data masalah dalam penelitian tersebut dapat diketahui
jawabannya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik non
parametrik karena penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang datanya
berupa data ordinal (berjenjang). Menurut Siegel (1997: 38) “tes statistik non
parametrik adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai
parameter-parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya”.
Sugiyono (2009: 211) menyatakan bawa “statistik non prametris digunakan untuk
menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal dan tidak dilandasi
persyaratan data harus berdistribusi normal”.
6.
Hipotesis Statistik
Ho : Tidak ada
pengaruh antara Bimbingan kelompok dengan komunikasi antarpribadi siswa kelas X
SMK Negeri 1 Brebes.
Ha : Terdapat
pengaruh antara bimbingan kelompok dengan komunikasi antarpribadi siswa kelas X
SMK Negeri 1 Brebes.
DAFTAR PUSTAKA
Soegeng. 2006. Dasar-dasar Penelitian.
Semarang: IKIP PGRI SEMARANG PRESS
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penenlitian. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Prayitno
dan Amti, Erman. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka
Cipta
Sugiyo.
2005. “Komunikasi Antarpribadi”. Semarang: UNNES Press
Supratiknya.
1995. “Komunikasi antarpribadi Tinjauan Psikologis”. Yogyakarta:
Kanisius.
Prayitno.
1995. “Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan
Profil)” Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar