Rabu, 08 Februari 2012
Selasa, 07 Februari 2012
Faktor penyesuian diri
FAKTOR PENYESUIAN DIRI
Zakiah Drajat (1985: 24-27)
mengemukakan factor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang sebagi
berikut :
a.
Frustasi (Tekanan Perasaan)
Frustasi ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa
akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan, atau menyangka
bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya.
Pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan
untuk segera dipenuhi, namun ada kalanya kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi karena adanya halangan tertentu. Orang yang sehat mentalnya akan
dapat menunda pemuasan kebutuhannya untuk sementara atau ia dapat menerima
frustasi itu untuk sementara sambil menunggu adanya kesempatan yang
memungkinkan mencapai keinginannya itu. Tetapi jika orang itu tidak mampu
menghadapi frustasi dengan cara yang wajar maka ia akan berusaha mengatasinya dengan
cara-cara yang lain tanpa mengindahkan orang dan keadaan sekitarnya atau ia
akan berusaha mencari kepuasan dalam khayalan. Apabila rasa tertekan itu sangat
berat sehingga tidak dapat diatasinya mungkin akan mengakibatkan gangguan
psikologis pada orang tersebut. Keadaan demikian apabila yang bersangkutan
memandang faktor ini sebagai sesuatu yang biasa tanpa beban maka frustasi itu
tidak terlalu dipandang sebagai sesuatu yang menghambat penyesuaian diri
seseorang terhadap keadaan sekitarnya.
b. Konflik
(Pertentangan Batin)
Konflik jiwa atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua
macam dorongan atau lebih yang berlawanan dan tidak mungkin dipenuhi dalam
waktu yang bersamaan. Konflik dapat terjadi karena dua hal yang sama-sama
diinginkan tetapi antara keduanya tidak mungkin dicapai secara bersamaan,
selain itu konflik juga terjadi karena dua hal yang pertama diinginkan
sedangkan yang kedua tidak disenanginya dan dapat pula terjadi terhadap dua hal
yang sama-sama tidak diinginkannya. Keadaan-keadaan seperti ini sangat
mempengaruhi penyesuaian diri seseorang karena seseorang dihadapkan pada suatu
pilihan yang menyebabkan perasannya selalu terombang-ambing.
c. Kecemasan
Kecemasan merupakan perwujudan dari berbagai proses emosi
yang bercampur baur pada saat orang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan
batin.
Rasa cemas dapat timbul karena menyadari akan bahaya yang
dapat mengancam dirinya. Cemas dapat juga berupa penyakit yang terlihat dalam
beberapa bentuk seperti cemas dalam bentuk takut akan benda-benda seperti
darah, orang ramai dan lain-lain. Selain itu, cemas dapat juga timbul karena
perasaan berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan
hati nurani.
Penyesuaian diri terdiri dari dua aspek yaitu penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial, namun Hurlock tidak membedakan secara
tegas ciri-ciri penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik.
Menurut Hurlock, ciri-ciri orang yeng berpenyesuaian baik adalah:
1. Mampu bersedia menerima tanggung
jawab yang sesuai dengan usia.
2. Berpartisipasi dengan gembira dalam
kegiatan yang sesuai untuk tiap tingkat usia dan kemampuan yang dimilikinya,
misal kegiatan olah raga, pramuka, PMR dan lain-lain.
3. Bersedia menerima tanggung jawab
yang berhubungan dengan peran mereka dalam hidup, mengadakan komunikasi dengan
lingkungan.
4. Segera menangani masalah yang
menuntut penyelesaian masalah, misalnya konflik dalam pribadi.
5. Senang memecahkan dan mengatasi
berbagai hambatan yang mengancam kebahagiaan. Misalnya mengadakan pergaulan
dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
6. Mengambil keputusan dengan senang
tanpa konflik dan tanpa banyak menerima nasehat. Artinya segala sesuatu yang
diputuskan itu benr tanpa mendapat bantuan dari orang lain.
7. Belajar dari kegagalan dan tidak
mencari-cari alasan untuk menjelaskan kegagalan. Anak mampu menilai dari
kegagalan untuk dijadikan dasar mengadakan perubahan dalam tindakan berikutnya.
8. Dapat mengatakan “tidak” dalam
situasi yang membahayakan kepentingan sendiri. Hal ini biasanya diucapkan atau
dilakukan anak dalam kelompok mereka.
9. Dapat mengatakan “ya” dalam situasi
yang pada akhirnya akan menguntungkan. Pernyataan ini juga dapat dilakukan oleh
anak-anak dalam kelompok tertentu.
10. Dapat menunjukkan kasih sayang
secara langsung dengan cara dan takaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan.
11. Dapat menahan sakit dan frustasi,
emosional bila perlu. Pernyataan-pernyataan ini biasanya dilakukan oleh anak
dalam pembelaan terhadap kelompoknya maupun pembelaan terhadap pribadi.
12. Dapat berkompromi bila menghadapi
kesulitan. Hal ini menunjukkan anak ada kemampuan untuk menyesuaian diri dalam
lingkungannya.
13. Dapat memusatkan energi pada tujuan
yang penting artinya anak lebih ,elakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
14. Menerima kenyataan bahwa hidup
adalah perjuangan yang tak kunjung terakhir. Ini menuntut anak untuk
selalu mengadakan penyesuaian diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan
jaman.
CIRI PENYESUAIN DIRI
CIRI - CIRI PENYEUSIAN DIRI
Menurut Sunarto dan Hartono (2005;224) tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan
rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan
penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang
melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini akan ditinjau ciri-ciri
penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
1.
Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka
tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal
sebagai berikut a.Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional b.Tidak
menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis c.Tidak menunjukkan adanya
frustasi pribadi d.Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri e.Mampu
dalam belajar f.Menghargai pengalaman dan g.Bersikap realistik dan objektif
Dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam
berbagai bentuk, antara lain
a) Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung
Individu secara
langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya. Misalnya seorang siswa
yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya
secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada guru.
b) Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Individu mencari
bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal
seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari
bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku,
konsultasi, diskusi, dan sebagainya.
c) Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba
Individu melakukan
suatu tindakan coba-coba, jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak
diteruskan.
d) Penyesuaian
dengan substitusi (mencari pengganti)
Jika
individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh
penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal nonton film di
gedung bioskop, dia pindah nonton TV
e)
Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
Individu mencoba
menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan
sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misal seorang siswa yang mempunyai
kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuannya dalam menulis
(me-ngarang), dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan dalam
keuangan.
e) Penyesuaian
dengan belajar
Individu melalui belajar
akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu
menyesuaikan diri. Misal seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan
banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan.
f) Penyesuaian
dengan inhibisi dan pengendalian diri
Individu berusaha
memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu
dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi. Selain itu, individu harus mampu
mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.
g) Penyesuaian
dengan perencanaan yang cermat
Individu mengambil
keputusan dengan pertimbangan yang cermat dari berbagai segi, antara lain segi
untung dan ruginya.
2.
Penyesuain Diri yang Salah
Kegagalan
dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan
penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai
bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang
tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah yaitu: (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan
(iii) reaksi melarikan diri.
I. Reaksi
Bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah
tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya
tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
a.
Rasionalisasi yaitu bertahan dengan mencari-cari alas
an (dalam) membenarkan tindakannya.
b.
Represi yaitu berusahan untuk menekan pengalamannya
yang dirasakan kurang enak kea lam tidak sadar. Ia berusaha melupakan
pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha
melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.
c.
Proyeksi yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya
kepada pihak lain untuk mencari alas an yang dapat diterima. Misalnya sorang
siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
d.
Sour Grapes yaitu dengan memutarbalikan kenyataan.
Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik mengatakan bahwa mesin ketiknya
rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
II.
Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Orang
yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang
bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari
kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku Selalu membenarkan
diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap
senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan
perbuatan, menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap
menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam,
memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan dan marah secara sadis.
III.
Reaksi melarikan diri ( Escape Reaction )
Dalam
reaksi ini orang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari
situasi yang menimbulkan kegagalan, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai
berikut: berfantasi yaitu memasukan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk
angan-angan (seolah-olah sudah tercapai), banyak tidur, minum-minuman keras,
bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada
awal (misal orang dewasa yang bersikap dan berwatak saperti anak kecil) dan
lain-lain.
Dapat
disimpulkan bahwa ciri seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik
apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau dapat
diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain mampu
mengendalikan perasaan, sikap, pikiran dan perilaku secara wajar. Sedangkan
orang yang memiliki penyesuaian diri yang salah orang yang memberikan reaksi
bertahan, reaksi menyerang dan reaksi melarikan diri.
PENYESUAIAN DIRI
LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI
Penyesuaian
diri adalah kemampuan individu untuk mengatur kembali ritme hidup atau jadwal
harian, supaya sesuai dengan norma-norma dan peraturan yang ada di masyarakat.
Ciri seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik apabila ia dapat
memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau dapat diterima oleh
lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain mampu mengendalikan
perasaan, sikap, pikiran dan perilaku secara wajar. Sedangkan orang yang
memiliki penyesuaian diri yang salah orang yang memberikan reaksi bertahan,
reaksi menyerang dan reaksi melarikan diri.
Penyesuaian
diri merupakan hal penting dalam hidup siswa, baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah maupun lingkungan masyarakat. Lingkungan sekolah adalah tempat yang paling banyak digunakan siswa
berinteraksi, sehingga banyak pula penyesuaian diri dilakukan siswa di sekolah. Dengan penyesuian diri, siswa akan dengan
mudah memperoleh pemahaman dari guru pada saat pembelajaran. Melalui penyesuaian diri yang baik pula siswa
dapat mengembangkan pengetahuannya, yaitu belajar dari pengalamannya, maupun
informasi yang mereka terima dari guru dan dari lingkungan sekitarnya.
Konseling kelompok merupakan tempat bersosialisasi dengan
anggota kelompok dimana masing-masing anggota kelompok akan mamahami dirinya
dengan baik. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima dirinya
sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam kepribadiannya,
selain itu dalam layanan konseling kelompok ketika dinamika kelompok sudah
dapat tercipta dengan baik ikatan batin yang terjalin antar anggota kelompok
akan lebih mempererat hubungan diantara mereka sehingga masing-masing individu
akan merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain, serta timbul penerimaan
terhadap dirinya sendiri.
Pada bagian membina hubungan diperoleh data bahwa sebelum
mendapatkan layanan konseling kelompok sebesar 74% dan setelah mendapatkan
layananan konseling kelompok meningkat menjadi 79% dan pada bagian mengelola
emosi diperoleh data bahwa sebelum mendapatkan layanan konseling kelompok
sebesar 78% dan setelah mendapatkan layanan konseling kelompok meningkat
menjadi 82%.
Konseling kelompok dianggap mampu meningkatkan penyesuian
diri siswa karena di dalam konseling kelompok sangat berguna bagi remaja karena
memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan, konflik dan
merealisasikan bahwa mereka senang berbagi perhatian dalam kelompok. Konseling
kelompok remaja mempunyai keunikan memberikan kesempatan untuk menjadi
instrument bagi perkembangan pribadi orang lain, karena kesempatan untuk
berinteraksi sangat membantu situasi kelompok sehinga para anggotannya dapat
menyampaikan apa yang diinginkan dan dapat saling membantu dalam hal pengertian
dan penerimaan diri.
Langganan:
Postingan (Atom)